Tuesday, January 19, 2010

HATI-HATI, HARGA BERAS DUNIA MERANGKAK NAIK

Dalam laporan yang dikeluarkan FAO yang termuat dalam “FAO Rice Price Update” untuk bulan Januari 2010 terungkap bahwa berdasarkan indeks harga beras fao, menunjukkan bahwa harga beras dunia secara rata-rata untuk tahun 2009 mengalami penurunan sekitar 14,2 % dibandingkan dengan kurun waktu tahun 2008. Penurunan tertinggi dialami beras jenis Indica kualitas rendah yang mencapai penurunan sekitar 31,8 % pada kurun waktu yang sama, sementara untuk jenis beras Japonica justru sedikit mengalami kenaikan di tahun 2009 ini sebesar 8,2 %.

Walaupun demikian, jika diperhatikan secara lebih rinci dengan mendasarkan kepada harga beras bulanan khususnya dengan membandingkan antara harga beras bulan Desember dibandingkan dengan bulan Nopember tahun 2009, menunjukkan bahwa harga beras dunia mengalami peningkatan bahkan beberapa jenis beras harganya juga lebih tinggi dibandingkan dengan harga pada bulan Desember tahun 2008, sebagaimana ditunjukkan untuk semua jenis beras dari Thailand dan Vietnam. Hanya beras jenis US California Medium Grain dan Basmati Pakistan yang harganya lebih rendah dibandingkan dengan harga pada bulan yang sama tahun 2008.

Mencermati data ini maka perlu kiranya instansi terkait mengantisipasi kecenderung peningkatan harga beras dunia ini, khususnya dalam kajian terhadap kebijakan impor dan ekspor beras, sehingga harga beras dalam negeri tetap terjaga pada level yang rasional.

Dengan harga minyak dunia yang sekarang berkisar pada harga 70 – 80 US $/barrel, adanya perubahan iklim global, dan bencana alam yang akhir-akhir ini frekuensinya cenderung meningkat, maka bukan tidak mungkin harga beras dunia semakin meningkat.

Monday, January 18, 2010

2010, Lonjakan Harga Teh Dunia Diperkirakan Menurun

Demikian intisari dari siaran pers akhir tahun yang dikeluarkan FAO beberapa waktu yang lalu.

Menurut FAO harga teh dunia untuk teh hitam mencapai rekor tertinggi pada tahun 2009 yang berdasarkan harga kompositnya mencapai 3,18 US $ per kilogramnya, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rata2 harga teh tahun 2008 yang hanya mencapai 2,38 US$. Kenaikan ini utamanya disebabkan oleh adanya kekeringan di beberapa Negara utama penghasil teh yaitu: India, Sri Lanka, dan Kenya.

Menurut Sekretaris dari Intergovernmental Group on Tea FAO, Mr. Kaison Chang, beberapa Negara seperti India bernjanji tidak akan melakukan perluasan areal penanaman melebihi apa yang sudah mereka tanam, hal ini bertujuan untuk mempertahankan keseimbangan antara suplai dan demand dari teh dunia.
Lebih lanjut Mr. Chang mengatakan bahwa pada tahun 2010 ini diperkirakan lonjakan harga teh dunia akan menurun akibat kondisi cuaca yang kembali normal untuk produksi teh.

Dalam siaran pers FAO itu juga dijelaskan bahwa kebutuhan teh dunia tetap tinggi di tengah resesi global sekarang hal ini disebabkan oleh minum teh merupakan kebiasaan yang pengeluaran per rumah tangganya relatif kecil.
Yang menarik dari laporan ini bahwa tidak seperti di Negara maju, harga teh dunia yang tinggi di Negara berkembang akan mempengaruhi harga teh di pasar reteil. Sebagai contoh:pada bulan September 2009 di India rata2 harga teh di pasar reil mencapai harga 15 % lebih tinggi dari pada bulan yang sama di tahun 2008. Di Pakistan pda kurun waktu yang sama harga di pasr reteil meningkat sekitar 12 %.

Ein schoenes Lied

Noch einen schoenes Lied