Saturday, November 21, 2009

Mentan Indonesia lakukan kunjungan ke Pusat Penelitian Kerbau perah dan pedaging (Istituto Sperimentale per la Zootecnia, Monterotondo, Italia)


Pusat penelitian ini merupakan pusat penelitian kerbau perah utama Italia. Sebagai informasi, kerbau Italia menghasilkan susu tertinggi di dunia yang dapat mencapai 16 liter sehari. Susu kerbau Italia sudah sangat terkenal sabagai sumber bahan baku penghasil keju Mozzarella.

Kunjungan ini dilakukan sebagai upaya untuk menjalin kerjasama dalam pengembangan kerbau di Indonesia yang selama ini masih belum digarap dengan maksimal. Diharapkan adanya kerjasama ini akan dapat menunjang upaya pemerintah untuk mencapai swasembada daging dan juga perbaikan gizi masarakat desa yang banyak beternak kerbau. seperti di wilayah Padang, Pampangan (Sum-Sel), Medan, Toraja dll.

Sampai saat ini sudah tersusun proposal yang akan dicarikan pendanaan untuk pengembangan kerbau di Indonesia. Pemda Sumatera Selatan sudah mengalokasikan sejumlah dana untuk mengirim tim ke Italia yang akan menjajaki kerjasama pengembangan kerbau di wilayah Sumsel.

Pertemuan Mentan Indonesia dengan Mentan Australia, Mr. Tony Burke


Pada pertemuan dengan Menteri tanggal 19 November 2009, pihak Australia telah menanyakan informasi terkait beberapa peraturan import dari Indonesia yang dikhawatirkan dapat menganggu perdagangan kedua negara, terutama peraturan mengenai pengiriman daging sapi.

Menteri Pertanian Indonesia menjelaskan pada prinsipnya tidak terdapat hal-hal baru dalam peraturan tersebut dan Australia tidak perlu terlalu khawatir. Terkait dengan daging bersertifikat halal, hal tersebut lebih disebabkan karena belum ditentukannya penentuan lembaga yang berwenang dalam mengeluarkan sertifikat tersebut. Australia bersedia untuk memfasilitasi kunjungan tim Indonesia terkait hal tersebut.

Hal lain yang perlu diperhatikan Australia terkait ternak adalah berat dari ternak yang akan diimpor tidak melebihi 350 kilogram. Aturan terkait berat ternak tersebut diperlukan untuk memberikan kesempatan kerja bagi para peternak dalam penggemukannya. Australia dapat memahami penjelasan tersebut.

Isu lain yang dibicarakan adalah mengenai pengambilan sample dari setiap pengiriman produk holtikultura Australia, yang dianggap dapat mempertinggi biaya impor produk ini ke Indonesia. Australia dapat memfasilitasi kunjungan tim Indonesia sekiranya diperlukan untuk melihat sendiri proses pengujian yang dilakukan di lembaga mereka. Mentan Indonesia menyatakan akan mempelajari persoalan yang dikemukakan Australia tersebut dan akan menginformasikan kembali kepada Australia.

Di akhir pertemuan, telah dibicarakan kemungkinan kerjasama pengiriman tenaga kerja asing terampil di sektor pertanian di Australia dimana pihak Australia mengatakan akan mengirimkan informasi lebih lanjut terkait hal tersebut. Indonesia menjelaskan bahwa Indonesia memilki potensi tenaga kerja yang kompeten yang kiranya dapat bermanfaat bagi Australia.

Pertemuan Mentan Indonesia dengan Menteri Pertanian Norwegia, Mr. Lars Peder Brekk



Dalam pertemuan ini aspek utama yang dibicarakan adalah tentang International Treaty on Plant Genetic Resources for Food and Agriculture (IT-PGRFA). Pada kesempatan ini Pemerintah Norwegia menyatakan sangat mendukung terhadap keberhasilan penyelenggaraan pertemuan ke-4 Governing Body yang akan dilaksanakan di Indonesia pada bulan Maret 2011.

Menteri Pertanian Norwegia sebagai pemimpin “Global Task Force” berperan aktif mendukung pendanaan “Benefit Sharing Fund” yang sangat bermanfaat bagi petani di negara berkembang yang mengkonsevasi sumberdaya genetic yang mereka miliki sehingga dapat menjamin ketersediaan pangan. Menteri Pertanian Norwegia memimpin Global Task Force untuk penggalangan dana.

Menjelang pertemuan di Bali, sekretariat IT-PGRFA telah menyusun Road Map. Beberapa Road Map tersebut adalah: pertemuan Ministerial Round Table pada bulan Juni 2010 di Roma, Italia, Policy Seminar pada tanggal 15-18 Desember 2009 di Bari, pertemuan Nordic Council of Ministers pada bulan Juni 2010.

Pertemuan Mentan Indonesia dengan Menteri Pertanian New Zealand, Mr. David Carter


Menteri Pertanian New Zealand menjelaskan tentang ide pembentukan “Global Alliance on Agricultural Green House Mitigation Research: An International Partnership” yang merupakan usulan Pemerintah New Zealand.

Ide ini bertujuan, antara lain bekerjasama melakukan penelitian mengurangi emisi pertanian, mendapatkan dukungan sumberdaya keuangan internasional untuk penelitian emisi pertanian, kesamaan pemahaman dan cara mengukur emisi pertanian, mendorong penyebarluasan informasi dan penerapan yang penelitian yang konsisten dan metodologi yang terukur, dll.

Mentan Indonesia menyampaikan kesamaan pandangan dukungan dan sepenuhnya terhadap konsep tersebut mengingat isu tentang pengaruh gas rumah kaca yang ditimbulkan oleh pertanian terus meningkat. Mentan juga menyampaikan bahwa Indonesia sangat concern dengan persoalan perubahan iklim global yang dicerminkan oleh keberhasilan Indonesia dalam menghasilkan Bali Road Map yang merupakan bagian tidak terpisahkan dalam pembahasan persoalan perubahan iklim dunia.

Isu lain yang dibahas adalah persoalan ekspor daging New Zealand ke Indonesia setahun terakhir. Mentan menjelaskan bahwa saat sekarang Undang-Undang tentang sistem kehalalan produk sedang dalam proses pembahasan antara Pemerintah dengan DPR,dan institusi lain yang terkait. Persoalan ini tentunya akan dikomunikasikan dengan baik jika nantinya sudah ada ketetapan aturan yang jelas.

Friday, November 20, 2009

Krisis Pangan Dunia Butuh Penyelesaian Bersama Seluruh Negara



Pernyataan tersebut dikemukakan oleh Menteri Pertanian Indonesia Bapak Suswono pada pidatonya yang disampaikan pada Pertemuan ke 36 Konferensi FAO di Kantor Pusat FAO di Roma tanggal 19 Nopember 2009 kemarin.

“Tidak mungkin persoalan pangan global dapat diselesaikan melalui penyelesaian individualis masing-masing negara. Oleh karena itu Indonesia sangat mendukung segala bentuk inisiatif untuk membangun kemitraan global yang lebih baik dan lebih kuat” demikian penegasan Mentan Suswono yang saat sekarang sedang menyelesaikan pendidikan S3 nya di IPB.

Mentan ke Roma selain dalam rangka konferensi FAO juga yang utama dalam rangka mendampingi Bapak Wakil Presiden Indonesia yang menyampaikan pidato pada acara pertemuan puncak dunia tentang ketahanan pangan global (World Summit on Food Security) yang berlangsung di FAO tanggal 16 – 18 Nopember 2009.

Selain menekankan perlunya kerjasama global, dalam pernyataannya, Mentan juga menyinggung beberapa hal yang menyangkut keberhasilan Indonesia dalam mengelola pangan utama penduduknya serta menjelaskan tentang partisipasi Indonesia dalam membantu negara lain melalui kerjasama Selatan-Selatan. Mentan juga menginformasikan beberapa target Indonesia terkait ketahanan pangan seperti: swasembada daging dan gula yang diharapkan dapat tercapai dalam periode lima tahun mendatang.

Terkait juga dengan ketahanan pangan dalam negeri, Mentan juga menekankan tentang salah satu prioritas utama program yang akan dilakukannya yaitu diversifikasi pangan dan penurunan tingkat konsumsi beras per penduduk Indonesia yang dinilai terlalu tinggi.

Thursday, November 5, 2009

PERLUNYA KIPRAH EXPERT INDONESIA


Demikian salah satu hasil dari Workshop “Optimalisasi Peran dan Strategi Nasional Indonesia dalam Keanggotaan pada Organisasi Pangan PBB (FAO, IFAD, dan WFP)” yang berlangsung di Deptan, Jakarta, 3 November 2009.

Kiprah SDM Indonesia yang berkualitas di organisasi Internasional seperti FAO, IFAD, dan WFP ini misalnya diharapkan akan memberikan manfaat yang lebih besar tidak saja bagi peran Indonesia di dunia Internasional, tetapi juga bagi kepentingan pembangunan dalam negeri.

Sampai saat ini Indonesia merupakan salah satu negara yang paling sedikit SDM-nya yang bekerja di organisasi Internasional khususnya organisasi di bawah naungan PBB. Sebagai contoh misalnya di FAO dengan berdasarkan kepada skala kontribusi iuran, jumlah penduduk, dan faktor anggota, Indonesia mendapat kesempatan untuk menempatkan SDMnya dalam jumlah antara 4 – 7 orang staf, tetapi pada kenyataannya saat sekarang hanya 1 orang Indonesia saja yang tercatat sebagai staf profesional di FAO ini.

Salah satu faktor yang dinilai menjadi penyebab hal ini selain soal kemampuan bahasa adalah sistem kepegawaian khususnya bagi PNS yang cenderung kurang mendukung kemungkinan PNS dalam kurun waktu yang memadai berkiprah di luar PNS tanpa status PNS nya hilang. Dengan semakin banyaknya SDM berkualitas Indonesia sekarang yang terkadang kemampuannya belum maksimal termanfaatkan di dalam negeri, maka sudah selayaknya persoalan ini menjadi salah satu perhatian bagi pemerintah apalagi di era globalisasi sekarang ini dan saatnya orang Indonesia lebih banyak lagi tampil di forum dunia.

Lokakarya ini menampilkan pembicara utama Mohamad Oemar, Dubes Indonesia untuk Italia dan sekaligus Wakil Tetap Indonesia untuk organisasi FAO, IFAD, WFP yang merupakan organisasi utama dunia di bawah naungan PBB. Dalam paparannya Dubes Oemar menekankan bahwa bantuan organisasi Internasional seperti yang bermarkas di Roma ini hendaknya dilihat tidak saja dari aspek besarnya bantuan tetapi yang lebih penting lagi adalah sejauh mana bantuan yang diberikan memberikan manfaat lebih maksimal bagi Indonesia, oleh karena itu lokakarya ini menjadi sangat penting dalam merumuskan strategi Indonesia ke depan terkait dengan kiprah Indonesia di organisasi Internasional khususnya yang berbasis di Roma.

Selanjutnya Dubes juga mengingatkan bahwa Indonesia ke depan di mata dunia akan dilihat tidak lagi hanya sebagai negara yang membutuhkan bantuan tetapi akan diminta menjadi salah satu negara yang memberikan bantuannya khususnya dalam bidang ketahanan pangan dunia. Dalam konteks ini menurut Dubes Roma SDM Indonesia menjadi sangat penting perannya untuk berkiprah di organisasi pangan dunia ini.

Selain Dubes Roma, lokakarya ini juga menampilkan pembicara dari utusan departemen terkait dengan organisasi pangan dunia seperti Deptan, Dephut, Bappenas, Menkokesra, dan Dr. Memed Gunawan, mantan Sekjen Deptan yang baru saja menyelesaikan tugasnya sebagai Country Representative FAO untuk negara Lesotho.

Sumber berita: Erizal Sodikin, Atase Pertanian KBRI Roma

Ein schoenes Lied

Noch einen schoenes Lied