Tuesday, March 31, 2009

Indonesia dan FAO sepakat untuk kerjasama tanggulangi kelaparan dunia



Di tengah acara Konferensi ke 29 FAO Regional Asia Pasifik yang berlangsung dari tanggal 26 - 31 Maret 2009 di Kantor UN ESCAP Bangkok, Mentan Indonesia, Anton Apriyantono, dengan Dirjen FAO, Jacques Diouf pada hari Senin, 30 Maret 2009 ini, telah menandatangani Surat Pernyataan Kehendak (Letter of Intent) antara pemerintah Indonesia dengan FAO. Penandatanganan LoI yang disaksikan oleh Dubes KBRI Bangkok dan juga KBRI Roma ini, merupakan suatu bentuk pengakuan dari FAO atas upaya yang telah diberikan oleh pemerintah Indonesia dalam mendukung program ketahanan pangan dalam kerangka Millennium Development Goals (MDGs) dan bantuan-bantuan yang diberikan Indonesia selama ini di berbagai negara seperti Tanzania, Gambia, Fiji, Madagaskar dll, terutama dalam kerangka Kerjasama Selatan-Selatan.

Di dalam Kerjasama ini juga dituangkan niat Indonesia untuk meningkatkan bantuan dalam kerangka Kerjasama Selatan-Selatan FAO dalam bentuk penyediaan tenaga ahli dan teknisi, dan juga dalam bentuk lain seperti masukan, program, dan peralatan untuk pengenalan teknologi bagi negara-negara lain, yang akan dituangkan dalam suatu bentuk kerjasama tripartite. Dengan LoI ini pula, FAO akan menyediakan suatu daftar negara-negara yang akan menerima bantuan agar pembagian bantuan yang diberikan Indonesia nantinya dapat merata.

Baik Diouf maupun Anton sepakat bahwa penanda-tanganan LoI ini merupakan langkah konkrit dalam menjalin kerjasama untuk menanggulangi masalah ketahanan pangan dunia.

Monday, March 30, 2009

Pertanian sebagai amunisi untuk diplomasi


Demikian pesan utama yang disampaikan oleh Menteri Pertanian Indonesia Anton Apriyantono saat beramah tamah dengan Dubes KBRI untuk Thailand dan staf serta beberapa masarakat di Wisma Duta tanggal 29 Maret 2009 malam.

Mentan selanjutnya mengatakan bahwa Menlu sangat mendukung upaya menggunakan sektor pertanian sebagai salah satu sarana utama diplomasi Indonesia. Keberhasilan pemerintah mencapai swasembada beras serta kemampuan Indonesia dalam menjaga stabilitas harga bahan pangan merupakan suatu prestasi yang dapat ditularkan kepada negara lain yang saat sekarang justru mengalami kesulitan dengan ketahanan pangannya khususnya beberapa negara di wilayah Afrika.

Sementara Dubes KBRI Bangkok Muhammad Hatta mengatakan dalam sambutannya bahwa KBRI sangat aktif dalam menggunakan sarana UNESCAP sebagai jalur diplomasi melalui kerjasama multilateral dengan menjadikan pertanian sebagai salah satu sektor unggulan khususnya tentang ketahanan pangan, lingkungan hidup dan bioenergi. Selanjutnya Dubes M. Hatta juga menginfokan bahwa tanggal 23 - 29 April 2009 yang akan datang akan di adakan Pertemuan ke 65 UNESCAP Commision di Bangkok dan berharap Mentan dapat memimpin Delri dalam pertemuan tersebut.

Kedatangan Mentan dan rombongan ke Bangkok dalam rangka menghadiri Konferensi ke 29 FAO Regional Asia Pasifik yang berlangsung dari tanggal 26 - 31 Maret 2009. Mentan selanjutnya akan mengunjungi Myanmar, Laos, dan Kamboja, untuk membangun kerjasama bisnis pertanian.

Saatnya bersama tanggulangi kelaparan




Demikian pesan utama yang disampaikan Menteri Pertanian dalam sambutannya pada Konferensi FAO ke 29 Regional Asia Pasifik yang berlangsung dari tanggal 26 - 31 Maret 2009 di Kantor UN ESCAP Bangkok. Pada sambutannya yang disampaikan pada urutan pertama tanggal 30 Maret ini, Mentan selanjutnya mengatakan bahwa persoalan ketahanan pangan akan semakin terancam dengan adanya krisis keuangan global ini, karena itu upaya untuk secara bersama mencari solusi dan formulasi tindakan aksi yang bersifat kolektif dan komprehensif adalah suatu keharusan agar masyarakat dunia dapat terlepas dari kelaparan.

Selanjutnya mentan mengatakan bahwa Indonesia saat sekarang sangat berkeinginan untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan kepada negara lain dalam hal meningkatkan produksi tanaman pangan khususnya beras. Kerjasama Selatan-Selatan merupakan sarana yang dapat dipakai untuk merealisasikan keinginan Indonesia itu.

Pada kesempatan ini Mentan juga mengajukan beberapa thema yang perlu menjadi perhatian para negara anggota FAO yaitu: pembangunan bio energi yang tidak mengancam ketahanan pangan dan berkompetisi dengan bahan pangan; mempromosikan generasi kedua revolusi hijau yang lebih ramah lingkungan untuk meningkatan produksi pertanian dan pangan; mempromosikan strategi untuk penanggulangan dan adaptasi terhadap perubahan iklim global; membangun lumbung pangan regional yang merupakan sarana tanggap darurat yang cepat terhadap permasalahan ketahanan pangan.

Konferensi FAO ke 29 Regional Asia dan Pasifik ini dihadiri oleh 32 negara anggota FAO dengan 15 negara mengirimkan pejabat setingkat Menteri dan juga beberapa organisasi lain sebagai pengamat. Dalam delegasi Indonesia selain Mentan, ikut juga Dubes KBRI Thailand dan Dubes KBRI Roma serta pejabat daeri Deptan, Dephut, dan Dept DKP.

Tuesday, March 10, 2009

Hutan dapat ciptakan 10 juta lowongan kerja

Demikian pernyataan yang dikemukakan FAO dalam News-Releasenya tanggal 10 Maret 2009 hari ini. Organisasi Tenaga Kerja Dunia (ILO) memperkirakan bahwa tahun 2009 ini jumlah penganggur di seluruh dunia mencapai 198 juta orang, sementara pada tahun 2007 jumlahnya mencapai 179 juta orang. Bahkan dengan berlandaskan skenario terburuk, ILO memperkirakan jumlah ini dapat membengkak menjadi 230 juta.

Asisten Dirjen FAO yang menangani Departemen Kehutanan FAO, Mr. Jan Heino, mengatakan bahwa di tengah krisis ekonomi yang menyebabkan banyaknya orang kehilangan pekerjaan, pengelolaan hutan yang berkelanjutan dapat menciptakan jutaan lowongan pekerjaan baru. Hal ini berarti dapat mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kelestarian lingkungan. “Mengingat hutan dan pepohonan adalah sumber penyimpan karbon yang vital, maka investasi di kehutanan akan merupakan kontribusi utama dalam usaha mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan lingkungan hidup”, katanya.

Menurut FAO peningkatan investasi di sektor kehutanan disamping mampu menciptakan banyak lowongan pekerjaan, juga dapat mereduksi berkurangnya areal hutan sebagaimana banyak dilaporkan terjadi di beberapa negara.

Bagaimana pengelolaan hutan berkelanjutan dapat membangun sebuah masa depan yang hijau dan mempu memenuhi perubahan kebutuhan masyarakat, akan merupakan bahasan utama dalam World Forest Week yang akan dilaksanakan bersamaan dengan FAO’s Committee on Forestry (COFO) ke 19 tanggal 16 – 20 Maret nanti.

Sebagai informasi, COFO merupakan sidang yang dilaksanakan FAO setiap 2 tahun sekali yang merupakan tempat berkumpulnya semua anggota FAO. Pertemuan akan membahas dan mendiskusikan berbagai aspek terkait dengan kehutanan. Menurut rencana pada pertemuan ini Delegasi Indonesia akan mengirimkan Sekjen, dan Dirjen Planologi Kehutanan, Departemen Kehutanan.
Keterangan: Foto diambil dari "The Nature Conservancy" (Early morning misty view of the forest of East Kalimantan, Indonesia, BorneoPhoto © Mark Godfrey/TNC)

Sunday, March 1, 2009

Pemetaan Kopi Indonesia melalui Analisa DNA


Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember (PPKK), menjajaki kemungkinan memetakan kopi Indonesia melalui analisa DNA. Upaya ini dilakukan dengan menjalin kerjasama dengan Prof. Giorgio Graziosi dari Universitas Trieste yang menemukan metode analisa ini setelah melakukan penelitian selama 15 tahun.

Keinginan PPKK ini juga dilandasi oleh upaya melakukan pemetaan jenis kopi Indonesia sesuai spesifik wilayah yang berbasis kandungan DNA, sehingga dalam perdagangan kopi Indonesia tidak bisa dipalsukan dan juga bisa meningkatkan posisi tawar dalam perdagangan dunia khususnya untuk kopi yang punya cita rasa khas.

Untuk saat ini baru kopi jenis Arabica yang memungkinkan diketahui DNA nya sementara untuk jenis kopi Robusta relatif masih sulit dilakukan mengingat jenis Robusta mempunyai sifat penyerbukan silang sementara kopi Arabica melakukan penyerbukan sendiri.

Sebagai realisasi dari kerjasama ini, maka pada bulan April 2009 ini akan datang seorang peneliti PPKK Dr. Retno Hulupi ke Universitas Trieste untuk mengadakan penelitian selama 3 bulan tentang DNA kopi Arabika Indonesia.

Kepala Bagian Penelitian, Dr. Soetanto Abdoellah dan juga Dr. Surip Mawardi, Peneliti Utama PPKK yang melakukan kunjungan ke Universitas Trieste tanggal 19 – 20 Februari 2009 lalu untuk mengatur segala sesuatunya dan sekaligus juga membahas kemungkinan menjadikan PPKK sebagai pusat penyedia jasa analisa DNA kopi hasil penemuan Prof. Graziosi untuk wilayah Asia Tenggara dengan melalui proses kerjasama (lisensi). PPKK Jember nantinya akan menjadi perwakilan dari perusahaan “DNA Analytica” yang merupakan payung yang menyediakan jasa analisa DNA Kopi Arabika bentukan dari Universitas Trieste bekerjasama dengan pengusaha swasta kopi Trieste.

Dalam kunjungan yang didampingi oleh Dr. Erizal Sodikin, Atase Pertanian KBRI Roma ini juga dibicarakan langkah ke depan untuk merealisasikan kerjasama ini. Dalam pembicaraan dan diskusi yang dilakukan mengemuka juga bahwa ke depan sertifikasi jenis kopi yang diperdagangkan tidak saja berdasarkan uji fisik dan cita rasa dan senyawa kimia serta proses budidayanya saja, tetapi bisa jadi pembeli kopi menginginkan sertifikasi berdasarkan uji DNA yang lebih valid dan sulit untuk dimanipulasi.

Mengomentari soal ini, Erizal Sodikin menyatakan “Adanya pemetaan Kopi Arabika Indonesia berbasis analisa DNA akan menjaga plasma nutfah kopi Arabika Indonesia dari pemalsuan. Jika pada saatnya nanti sistem perdagangan menghendaki sertifikasi yang lebih valid melalui jejak rekam DNA ini, maka Indonesia melalui PPKK sudah siap menjadi pelopor”.

Walaupun demikian kerjasama ini perlu selalu dimonitor oleh Institusi terkait khususnya Litbang Deptan (PPKK Jember) sehingga hak dan kepentingan Indonesia tidak dirugikan khususnya terkait dengan telah ditetapkannya Traktat tentang plasma nutfah yang tertuang dalam International Treaty on Plant Genetic Resources for Food and Agriculture (ITPGRFA) yang sekretariatnya di FAO, khususnya dalam aspek “benefit sharing”, demikian Erizal menambahkan.

Ein schoenes Lied

Noch einen schoenes Lied