Wednesday, August 13, 2008

Sinkronisasi kebijakan nasional dan Internasional adalah faktor penting dalam pembangunan pertanian di era globalisasi












Demikian salah satu intisari dari hasil seminar tentang pertanian dengan thema: “Paradigm of Agricultural Development: The Role and Synergy between UN Agencies, Government, NGO, and Private Sector”. Hal lain yang dapat disimpulkan dalam seminar tersebut bahwa suatu negara akan mengalami kesulitan jika tidak mencermati dan mengikuti dinamika perubahan di tataran Internasional terutama dalam hubungannya dengan ramalan dan analisa yang dilakukan ke tiga badan pangan PBB ini yang merupakan informasi dasar yang sangat berharga bagi suatu negara untuk lakukan antisipasi sekaligus mencari solusi .

Seminar Internasional ini menampilkan pembicara dari organisasi PBB bermarkas di Roma (FAO, IFAD, dan WFP), Deptan, Bappenas, Kantor Menkokesra, dan Bupati Bantul. Seminar dibuka oleh Rektor UGM Prof. Ir. Sudjarwadi, M. Eng, Ph.D, dengan menampilkan Keynote Speech, Duta Besar Republik Indonesia untuk Italia, Cyprus, dan Malta Bapak Susanto Sutoyo.
Dalam paparannya Dubes Susanto Sutoyo menyampaikan bahwa selaku wakil tetap di tiga organisasi pangan PBB yang bermarkas di Roma, KBRI tidak pernah bosan mendorong dan mempromosikan para ahli pertanian Indonesia untuk berkiprah di tiga organisasi ini, hanya sayangnya sampai sekarang Indonesia masih menjadi negara yang jauh di bawah “jatah” yang diberikan. Sebagai contoh berdasarkan jumlah kontribusinya, Indonesia hanya punya 1 orang yang menjadi staf di FAO dari “quota” yang disediakan yaitu 4-5 orang. Di IFAD lebih parah lagi karena sampai saat ini belum satupun orang Indonesia menjadi staf di organisasi ini walaupun Indonesia sejauh ini sudah memberikan kontribusi pendanaan ke Ifad mencapai 42 juta $ lebih.
Dubes Santo selanjutnya menambahkan, bahwa berbagai upaya telah dilakukan KBRI Roma untuk meraih peluang Indonesia ini antara lain: melakukan pendekatan yang tak kenal lelah ke pembuat kebijakan di organisasi ini, menyebarkan info tentang lowongan yang ada ke berbagai pihak baik melalui jalur resmi maupun informal (via email, komunikasi pribadi dll), menekankan perlunya memberikan pengecualian kepada negara yang tidak menggunakan bahasa PBB sebagai bahasa Ibunya khususnya bahasa selain Inggris, menyuarakan selalu perlunya keseimbangan distribusi staf berdasarkan keseimbangan geografis.

Berbagai aspek penting juga mengemuka baik oleh para pembicara maupun masukan dan pertanyaan dari peserta seminar. Masalah ketahanan pangan menjadi thema utama yang banyak dikemukakan para peserta khususnya terkait dengan bagaimana upaya ketiga badan PBB ini menyatukan langkah dengan pemerintah pusat maupun daerah, pihak swasta, perguruan tinggi dan lembaga penelitian, NGO, serta petani. Upaya menyatukan “gerak' ini sangat diperlukan khususnya dalam mengangkat masyarakat miskin yang sebagian besar hidup di pedesaan dan mengandalkan pertanian khususnya tanaman pangan.
Seminar Internasional yang dilaksanakan tanggal 7 Agustus 2008 ini terlaksana berkat kerjasama antara KBRI Roma dengan UGM. Seminar yang dilaksanakan di Balai Senat UGM, Bulaksumur Yogyakarta ini dihadiri oleh 200 orang lebih utusan dari perguruan tinggi, lembaga penelitian, pemerintah pusat maupun daerah, Agro-industri terkait (sektor swasta), LSM, dan Mahasiswa.

Pres Release:
Erizal Sodikin, Atase Pertanian KBRI Roma

Sunday, August 3, 2008

KBRI ROMA dan UGM ADAKAN JOIN SEMINAR

KBRI Roma disamping hubungan bilateral dengan Italia, Malta dan Cyprus, juga mempunyai tanggung jawab mewakili Indonesia dalam forum dan kegiatan di organisasi pangan yang berbasis di kota Roma yaitu FAO, IFAD, dan WFP. Mengingat peranan strategis ke tiga organisasi ini dikaitkan dengan pembangunan Indonesia yang bertumpu kepada sektor pertanian dalam arti luas, maka sangat penting dilakukan upaya untuk lebih mengenalkan organisasi ini ke masyarakat Indonesia khususnya kalangan akademisi dan peneliti. Untuk itulah pada tanggal 7 Agustus 2008 nanti KBRI Roma dan Fakultas Pertanian UGM melakukan kerjasama mengadakan seminar Internasional dengan thema: "Paradigm of griculture Development:The Role and Synergy Between UN Agencies, Government, NGO, and Private Sectors". Seminar ini akan menampilkan pembicara dari FAO, IFAD, dan WFP, disamping juga dari Deptan, Depkeu, Kementrian Kesra, Lembaga Penelitian, Pemda, LSM.
Seminar yang akan dilaksanakan di Balai Senat UGM, Bulaksumur Yogyakarta ini diharapkan akan dihadiri oleh 200 orang lebih yang terdiri dari Rektor Universitas dan para Dekan di Fakultas Pertanian seluruh Indonesia., Cendekia di bidang pertanian, Lembaga penelitian pertanian nasional, Agro-industri terkait (sektor swasta), Lembaga penelitian regional, Pejabat pemerintah (nasional, provinsi dan kabupaten/kotamadia), Tenaga pengajar, Mahasiswa.
Keluaran yang diharapkan dari seminar ini antara lain:
1. Pemahaman yang lebih baik dari pihak-pihak yang akan menerima atau menjadi bagian dari ketiga badan PBB di Roma.
2. Serangkaian masukan bagi kebijakan nasional dan regional mengenai pembangunan pedesanaan dan pertanian serta peningkatan ketahanan pangan, khususnya terkait dengan kenaikan harga pangan, perubahan iklim serta bio-energi.
3. Jejaring komunikasi yang efektif diantara ketiga badan PBB di Roma dengan para pemangku kepentingan di Indonesia.

Dubes KBRI Roma Bapak Susanto Sutoyo, dalam pesannya terkait dengan seminar ini mengharapkan agar forum seperti ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi masyarakat Indonesia untuk memahami organisasi pangan di bawah naungan PBB ini serta sekaligus melakukan tukar fikiran dan diskusi sehingga keberadaan organsasi FAO, IFAD, dan WFP ini dapat memberikan manfaat semaksimal mungkin bagi Indonesia.
Hal lain yang diharapkan adalah dengan semakin dipamahi tentang pentingnya organisasi ini, diharapkan semakin banyaknya SDM Profesional Indonesia tertarik untuk berkiprah di organisasi ini. “Saat ini hanya satu orang professional Indonesia yang bekerja di FAO, padahal dihitung dari jumlah kontribusi kita, Indonesia mendapatkan quota sebanyak 4-5 orang. Di WFP, jumlah professional Indonesia ada sebanyak 5 orang. Sementara itu, di IFAD dari awal pembentukannya hingga sekarang, belum pernah ada orang Indonesia yang menjadi staf di sana. Padahal kontribusi kita untuk Ifad ini sejak pendiriannya pada tahun 1989 telah mencapai 42 juta US Dollar” demikian ditegaskan Dubes Susanto Sutoyo.

Pres Release:
Erizal Sodikin, Atase Pertanian KBRI Roma

Ein schoenes Lied

Noch einen schoenes Lied